Mengumpat dan Namimah

Mengumpat dan Namimah


Mengumpat dan namimah (mengadu domba adalah seburuk buruknya kejahatan, dan yang paling banyak beredar di kalangan masyarakat, apalagi di dunia bawah tanah (dunia maya), oleh karena itu hanya sedikit orang yang selamat dari keduanya.

Yang dimaksud mengumpat atau ghibah adalah menyebut seseorang dengan suatu yang tidak disukainya.

Baik yang di sebut itu badan, karakter atau agamanya, semua itu namanya ghibah, baik diucap atau ditulis.

Adapun yang disebut Namimah adalah mengadu domba atau memindahkan ucapan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud merusak mereka.

Hukum untuk keduanya adalah haram.

Seperti yang pernah di tulis dalam firmannya di surat Al-Humazah ayat 1 yang artinya
"Celaka bagi setiap pengumpat lagi pencela"

Bahkan Rosululloh juga telah bersabda sebagaimana yang telah ditulis oleh imam bukhori dan muslim yang artinya
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba"

Semoga alloh selalu menjaga kita dari perbuatan Mengumpat dan Namimah. 

Cara Melipat Gandakan uang

Cerita Fadly dan No WA

Fadly melamar pekerjaan sbg cleaning service di sebuah RSUD.
Staf RSUD mewawancarai dan menyuruhnya membersihkan lantai sebagai tesnya.
"Kamu diterima," katanya, "Berikan nomor WA-mu dan saya akan kirim formulir utk diisi & pemberitahuan kapan kamu mulai kerja.

" Fadly menjawab,"Tapi saya tdk punya nomor WA." "Maaf," kata staf RSUD. "Kalau kamu tidak punya nomor WA, berarti kamu tidak bisa diterima bekerja."

Fadly lalu pergi dgn tatapan kosong.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan Rp.100.000 yang tersisa di dalam kantongnya. Fadly kemudian memutuskan pergi ke pasar & membeli 12 kg tomat.
Fadly menjual tomat itu dr rumah ke rumah. Kurang dari 2 jam, Fadly berhasil melipat gandakan modalnya.

Fadly kembali ke pasar tiga kali dan lalu menjual tomatnya yang ternyata semuanya laku terjual dan pulang kerumah dgn membawa Rp.300.000.
Dia pun sadar bahwa dia bisa bertahan hidup dengan cara berdagang.

Fadly mulai pergi bekerja lebih pagi dan pulang larut malam. Uangnya menjadi lebih banyak 2x sampai 3x lipat tiap hari. Dia pun membeli gerobak, lalu truk, & akhirnya memiliki armada kendaraan sendiri.

Enam thn kemudian, Fadly sdh menjadi salah satu pengusaha sayuran dan buah-buahan terbesar di kotanya. Ia pun mulai merencanakan masa dpn keluarganya & memutuskan utk memiliki asuransi jiwa.

Ia lalu menghubungi agen perusahaan asuransi ternama di Indonesia, Sang agen pun menanyakan nomor WA. Lelaki itu menjawab,

"Saya tidak punya nomor WA."
Sang agen bertanya dengan penasaran,

"Bapak tidak punya nomor WA, tapi sukses membangun sebuah usaha besar.
Bisakah Bapak bayangkan, sudah jadi apa Bapak kalau punya nomor WA?!
Lelaki itu menjawab,

"Saya akan jadi cleaning service di RSUD"

Malaikat dan Fadly

Malaikat dan Fadly

Suatu malam fadly bermimpi bertemu dengan Malaikat.

Karena kamu berbuat dosa maka kamu harus masuk neraka dulu, perintah Malaikat kepada fadly.

"Wahai Pak dhe Malaikat, saya tidak mau masuk neraka, Ustadz saya bilang neraka itu tempat penyiksaan yang amat menyengsarakan" tegas fadly,

Lo? Untuk itulah neraka diciptakan, kamu tidak bisa menolak. Ini perintah Tuhan! Tegas Malaikat.

Tidak! Pokoknya saya hanya mau masuk surga. Sampean tidak bisa memaksa saya. Kata pak ustadz, Tuhan saja tidak pernah memaksakan hambanya. Tuhan selalu memerintahkan sesuai kemampuan hambanya. Dalam kaidah fihq juga diperintahkan untuk selalu menghilangkan mara bahaya.

"KEMUDARATAN ITU HARUS DIHILANGKAN"

 Ini tidak main-main, Imam as Suyuthi yang merumuskan, kata fadly menjelaskan.

Siapa itu Imam as Suyuthi? Tanya Malaikat.

Wah. Dasar pelaksana cuma tahu yang teknis teknis saja. Imam Suyuthi adalah penulis kitab Al asybah wa an-Nazhair yang terkenal itu, jawab Fadly.

Owhh. Imam yang meninggal tahun 911 H.
Yah. Saya tahu. Saya ingat beliau baru masuk surga seminggu yang lalu, kalau begitu kamu harus nunggu dulu, wong dia yang 'alim saja baru masuk. Sebagai murid kamu harus tawadhu dong, kata malaikat.

Baiklah saya akan menunggu, kata Fadly menyerah. Tetapi sampai kapan? Dan dimana? Masa berdiri disini terus?

Mungkin kamu harus menunggu 300an tahun lagi, Gurumu saja masih banyak yang menunggu, kata Malaikat sambil menunjuk ke Neraka.

Liburan ke Bali?

Liburan ke Bali?


Suatu hari kelas 2 Ulya mengadakan rapat untuk agenda liburan. Ada yang usul ziaroh wali songo. Ada yang usul berkunjung ke pondok-pondok besar dijawa. Ada juga yang usul liburan ke Bali. Dan usulan untuk liburan ke Bali ini datang dari Fadly.

Tidak, saya tidak setuju dengan usulan fadly. Rasa-rasanya kok kita akan kesusahan kalo liburan ke Bali. Sebab konon disana susah sekali menemukan makanan yang halal dan islami, disamping itu juga sangat susah mencari masjid. Sanggah Wahid kepada fadly.

Hid... Hid... Saya kira kekhawatiranmu itu terlalu berlebihan. Jangankan bali yang kata kamu susah buat dapatin makanan halal, Rasulallah saja pernah menyebut Cina untuk mencari ilmu, padahal beliau tidak tahu sama sekali bagaimana keadaan negeri para saulin itu. Kalau toh kekhawatiran itu jadi kenyataan, kita tidak usah khawatir soal makanan atau masjid, Jika kamu percaya pada kaidah yang artinya

"KESUKARAN ITU DAPAT MENARIK KEMUDAHAN" 

jelas Fadly.

Seisi kelas terdiam. Seakan akan mengiayakan pendapat Fadly.

Bagaimana dengan biaya nya dil? Kata badrun mempertimbangkan.

Nah, itu yang harus kita pikirkan, jawab fadly menambah masalah.

Fadly Nyontek (Berdebat dengan Pak Ahmad)

Fadly orange memang sedikit slengekan, semua temannya pun tau. Dia bisa memutar kata agar dia bisa menang, tapi kali ini dia kalah dihadapan pak Ahmad.

Begini ceritanya.


Fadly: "Maaf pak, boleh saya minta waktu sedikit?.

Pak Ahmad: Boleh, ada apa kelihatannya kok serius banget?.

Fadly: Anu pak, saya mau nanya, kenapa nilai kaidah fiqh saya jelek, padahal jawaban yang saya tulis persi seperti yang ada dalam kitab

Pak Ahmad: Sebelum saya jawab pertanyaan itu, saya mau nanya dulu sama sampean. Bener sampean nyontek?

Fadly: Sebetulnya tidak nyontek pak, wong saya tidak sembunyi sembunyi, karena saya kira kemarin itu open book

Pak Ahmad: Nah itu sebabnya, dil. Saya juga tak habis pikir kenapa sampean berani buka buku dengan terang terangan. Padahal nilai harianmu kan bagus.

Fadly: Begini pak. Sebenarnya saya tidak bermaksut nyontek. Tapi karena dalam lembar soal tidak ada keterangan ujian ini tertutup, maka saya buka kitab, kan menurut kaidah fikih, 
"Asal sesuatu itu boleh sampai ada petunjuk yang melarangnya"
Pak ahmad: Kalau ceritanya begitu, saya minta maaf, dil. Dalam masalah ini saya tidak pakai kaidah yang kamu sebut tadi. Saya memegang kaidah sebaliknya, yaitu
"Asal sesuatu itu haram sampai ada dalil yang membolehkannya".,

Fadly: oh, kalau begitu saya permisi pak.

Popular Posts

Fadly Muin
archive