Mengatasi Stres dengan Hipnoterapi

Stres merupakan satu kondisi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Stres diartikan respons fi sik atau psikis terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi, yakni bisa berupa ancaman yang menyebabkan rasa cemas dan ketegangan. Ketika seseorang dihadapkan pada ancaman, maka ada dua hal dalam merespon ancaman yakni mengembangkan kemampuan melawan (fi ght) atau lari (fl ight).

 Penelitian Cannon menjelaskan bahwa ketika dihadapkan pada situasi yang mendatangkan ancaman tubuh kita merespon dengan dua pilihan cara yakni melawan (fi ght) atau lari (fl ight). Mekanisme ini membuat seseorang mengalami ketegangan, hipertensi, sakit kepala, insomnia, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, gelisah, bingung, dan suka marah-marah.

 Hans Selye mendefi nisikan stress sebagai reaksi non-spesifi k tubuh terhadap ancaman. Di mana jika kita bisa beradaptasi de ngan ancaman itu disebut Eutress (stres yang sehat) dan jika tidak bisa beradaptasi menyebebkan Distress (stres yang tidak sehat) Selye menjelaskan ada tiga tahapan seseorang da lam mereaksi stres:

Tahapan Pertama: Alarm Reaction
Yakni tahapan dimana tubuh menunjukan karakteristik perubah an ketika bertemu dengan stressor. Pada saat yang sama, keta hanan berkurang dan, jika stressor cukup kuat (luka bakar yang parah, temperatur yang ekstrem), kematian dapat terjadi.

Tahapan Kedua: Stage of Resistence
Yakni tahapan di mana resisten terjadi kemudian jika te kanan stressor terus berlangsung dan bisa beradaptasi. Setelah itu respons tubuh terhadap ancaman semakin berkurang dan tubuh menjadi normal.

Tahapan Ketiga: Stage of Exhaution Yakni tahapan dimana jika stressor yang sama terus berlangsung dan tubuh sudah mulai bisa beradaptasi akan tetapi tubuh meng alami kelelahan, karena sudah banyak mengeluarkan ener gi.

Beberapa gejala yang sering ditemukan ketika mengalami stres:

Gejala Fisik berupa sakit kepala, sakit lambung (mag), hipertensi (darah tinggi), sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia (sulit tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan, dan sering buang air kecil.

Gejala Psikis berupa gelisah atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis (masa bodoh), sikap pesimistis, hilang rasa humor, bungkam seribu bahasa, malas belajar atau bekerja, seirng melamun dan sering marah-marah atau bersikap agresif (baik secara verbal seperti kata-kata kasar, dan menghina, maupun non-verbal seperti kata-kata kasar, dan menghina maupun non verbal seperti menendang, membanting pintu dan memecahkan barang-barang). Dari beberapa gejala yang disajikan di atas terlihat bah wasanya stres harus dikelola. Stres adalah fenomena alami yang sering kali kita alami dan temukan dalam sehari-hari. Artinya setiap orang harus mampu untuk mengelola stres, karena ancaman dan ketegangan akan senantiasa ditemu kan dalam hidup. Kemampuan seseorang dalam mengelola stress ini sangat bergantung dengan cara merespons dia terhadap ancaman.

Contohnya:
Situasi yang membuat stres : "Terlalu banyak tidur. Bangun kesiangan jam 07.00"

Respon orang pertama :
Pikiran : "Saya tidak boleh telat lagi. Pak Direktur pasti marah".
Reaksi Tubuh : Otot tegang, detak jantung semakin cepat
Ketegangan : Sakit kepala, Marah-marah

Respon orang kedua :
Pikiran : "Saya tenang dan saya minta maaf kepada Pak Direktur atas keterlambatan saya serta berjanji untuk memperbaiki dengan tidak telat lagi"
Reaksi Tubuh : Tenang
Ketegangan : Tidak terjadi

Dari contoh respons terhadap stres, dapat kita ketahui bahwasanya respons awal di pikiran kita menentukan reaksi-reaksi selanjutnya. Untuk itu, dalam mengelola stres kita perlu mengendalikan pikiran kita dengan hal-hal yang positif. Ada beberapa langkah cara yang dapat Anda lakukan untuk mengelola stres. Teknik sederhana yang dapat diaplikasikan adalah dengan mengubah self talk yang negatif menjadi positif. Selain itu, melalui self hypnosis, proses pengelolaan stres dapat dengan cepat dan efektif tertangani.

Cara lain yang lebih efektif untuk melakukan pengelolaan stres adalah dengan melakukan hipnoterapi. Pendekatan hipnoterapi adalah dengan memanfaatkan kondisi trance / hypnosis yang kemudian diberikan sugesti yang efektif agar mampu melakukan pengelolaan stres ketika berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan. Dalam sesi terapi yang pernah ditangani, klien dibantu oleh terapis untuk melakukan modifikasi pikiran yang negatif menjadi positif sehingga klien memiliki pemahaman yang positif terhadap diri dan cara berpikirnya. Jika klien sudah memiliki cara berpikir positif, maka reaksi klien terhadap situasi yang memicu stres juga akan positif sehingga hidupnya akan merasa lebih tenang dan bahagia.



Mengelola Kemarahan/ Emosi (Anger Mangement) dengan Hipnoterapi

Pada dasarnya marah merupakan salah satu emosi dasar yang dimiliki oleh manusia, yang mana suatu situasi diterima sebagai hal yang sangat negatif dan kemudian menyalahkan orang lain akan kejadian negatif yang dialami oleh individu yang bersangkutan. 

Menurut kamus Oxford Dictionary, marah (Anger) didefinisikan sebagai ‘Displeasure Extreme’ yang dapat diartikan sebagai perasaan tidak nyaman yang ekstrim atau berlebihan terhadap situasi yang dinilai tidak menyenangkan. DiGiuseppe dan Tafrate (2007) menjelaskan bahwa kemarahan (anger) merupakan perasaan internal, mental dan subjektif yang diasosiasikan dengan perubahan kognisi dan psikologis pada seseorang. 

Sedangkan menurut Spielberger (2010) kemarahan merupakan keadaan emosional yang mempengaruhi perasaan dan bervariasi dari yang tingkat mengganggunya ringan sampai kepada berat, serta dihubungkan dengan perubahan pada sistem syaraf. Spielberger berpendapat bahwa kemarahan ada dua jenis yakni sipat (trait) dan kondisi (state). Kemarahan sipat berkaitan dengan kepribadian seseorang yang muncul karena situasi yang frustrasi. Sementara marah kondisi muncul akibat dari situasi yang tidak berdaya sehingga individu mengalami kecenderungan untuk mengekspresikan kemarahan yang dirasakannya.


Novaco (2010) menjelaskan kemarahan sebagai emosi negatif yang merupakan hasil dari pengalaman subjektif seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan. Kemarahan melibatkan beberapa komponen yakni komponen kognitif, somatik-afektif dan perilaku. Untuk lebih mudah dalam memahami kemarahan, Novaco  menjelaskannya dengan konsep “Anger as Firework” yakni kemarahan dapat dianalogikan seperti sebuah kembang api. Novaco menjelaskan bahwa kemarahan timbul  karena ada suatu pemicu (trigger) yang akan menghasilkan pikiran dan perasaan yang negatif sehingga memunculkan kemarahan. Pemicu ini diibaratkan seperti sekring atau korek api yang memunculkan kemarahan. Eisenberg dan Delaney yang berpendapat bahwa kemarahan adalah ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi situasi yang membuat frustrasi. Menurut mereka ada tiga penyebab kemarahan: situasi frustrasi, situasi di bawah ancaman, dan ketika realitas tidak sesuai dengan harapannya.

Arslan (2009) menjelaskan bahwa ada tiga dimensi kemarahan yakni fisiologis, sosial kognitif, dan perilaku-reaksi. Dimensi fisiologis kemarahan adalah terkait dengan perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh ketika seseorang mengalami frustrasi atau situasi yang meningkatkan kemarahan. Dimensi sosial-kognitif berkaitan dengan interpretasi kemarahan yang dirasakan dalam individu. Alasan untuk marah, takut, dan kegelisahan tidak terkait dengan peristiwa itu sendiri, melainkan persepsi individu dan bagaimana mereka menafsirkan simbol-simbol dalam pikiran mereka, keyakinan mereka, tanggapandan evaluasi dari peristiwa, dan ide-ide yang dihasilkan dari keyakinan ini, komentar, dan evaluasi. 
Akhirnya, perilaku-reaksi adalah dimensi kemarahan yang berkaitan dengan ekspresi dari kemarahan apakah dinyatakan atau tidak, dan jika ya, bagaimana ia dinyatakan dan setiap individu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang berbeda.

Bentuk Ekspresi Kemarahan
Menurut Faupel, Herrick & Sharp (2011), ketika berhadapan dengan rasa kemarahan, maka tiap individu akan mengekspresikannya dengan berbagai cara yakni ada marah yang sehat dan marah yang tidak sehat. Kemarahan menjadi reaksi emosi yang wajar apabila mampu diekspresikan dengan cara yang tepat dan efektif. Ketika rasa kemarahan diekspresikan secara efektif dan tepat, hal ini memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dan bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang adaptif. Selain itu, kemarahan yang diekspresikan secara tepat dapat memberikan pembelajaran bagi individu untuk menghargai perasaan dan sudut pandang orang lain.
Burney (2001) menjelaskan ada tiga bentuk ekspresi kemarahan yakni
1.  Kemarahan Reaktif (Reactive Anger) yakni respon marah yang diekspresikan langsung terhadap beberapa peristiwa yang dianggap negatif, mengancam, atau takut terprovokasi. Kemarahan Reaktif ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam pengolahan kognitif, mengendalikan amarah, dan keterampilan sosial.
2.  Kemarahan intrumental (Instrumental Anger)yakni respon marah yang tidak diekspresikan atau terpendam sehingga menjadi emosi negatif yang memunculkan atau merencanakan pembalasan. Kemarahan Instrumental secara internal termotivasi oleh beberapa memori dari provokasi yang terjadi di masa lalu. Orang yang cenderung memiliki kemarahan instrumental biasanya memiliki riwayat kejahatan dan perilaku antisosial; dan remaja yang memiliki sejarah intensif mendapatkan penolakan dari teman atau lingkungan. Orang yang memiliki kecenderungan dominan kemarahan instrumental tidak mampu mengekspresikan kemarahannya sehingga cenderung memendamnya ke dalam diri. Laki-laki cenderung melakukan balas dendam dengan menyerang barang tertentu untuk melampiaskan kemarahannya sementara perempuan cenderung melampiaskanya melalui tangisan agar meredakan rasa marahnya. Ketika individu tidak mampu mengelola kemarahan ke dalam (self anger) akan mendatangkan balas dendam untuk melepaskan emosi negatif yang dirasakannya. Respon yang lebih parah dari kemarahan instrumental yang tidak terkelola adalah dapat mengakibatkan sikap kurang asertif, kecanduan, melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri, stress atau depresi (Cavanagh, 2002).
3.  Kemarahan yang terkelola (Anger Control) yakni respon marah yang terkelola sebagai strategi proaktif kognitif atau perilaku dalam menanggapi situasi yang memunculkan kemarahan. Bentuk ekspresi kemarahan ini merupakan ekspresi kemarahan yan tepat karena mampu mengendalikan diri dalam situasi yang membuat tidak nyaman. Orang yang marahnya terkelola cenderung memiliki strategi ketika marahnya datang, bisa dengan melakukan relaksasi pernafasan, sholat atau mengalihkan marah melalui olahraga.

Cara Mengelola Rasa Marah yang Tidak terkendali

Terdapat banyak ragam cara dalam melalukan pengelolaan rasa marah. Banyak orang yang memiliki kebiasaan marah yang tidak terkendali cenderung menyerang dan bersipat agresif terhadap lingkungan. Dan yang paling bahaya adalah ketika orang yang marah tidak terkendali tidak menyadari dirinya untuk berubah. Padahal dampak yang paling parah adalah mengalami depresi yang berakibat pada gangguan emosi yang tidak menentu seperti marah dan sedih tidak menentu berhari-hari sehingga mengakibatkan malas dan tidak punya motivasi hidup. Untuk itu, sangat perlu bagi orang yang memiliki kebiasaan untuk melakukan alternatif bantuan seperti melakukan konseling untuk mengubah kebiasaan buruknya. Berikut beberapa bantuan yang bisa diberikan :

Hipnoterapi
Merupakan terapi yang menggunakan pendekatan hypnosis dalam membantu klien. Dengan menggunakan hipnoterapi, klien dibantu untuk mengubah program pikiran negatif “marah yang tidak terkendali”, kemudian dilatih untuk melakukan sugesti positif yang bisa diaplikasikan dalam hidupnya. Klien yang datang ke hipnoterapi, biasanya merasakan perubahan pikiran dan perasaan menjadi lebih terkendali dan tenang dalam situasi yang membuat tidak nyaman.

Relaksasi Progresif
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan rasa marah adalah dengan melakukan relaksasi progresif. Bantuan ini dilakukan karena mengasumsikan bahwa ketika orang marah, maka mengalami ketegangan pada otot-otot syaraf yang dalam otaknya. Untuk itu, dilakukan relaksasi progresif melalui pernafasan untuk merilekskan otot-otot yang tegang agar menjadi lebih kendur dan tenang.


Menghilangkan Insomnia dengan Akupunktur dan Hipnoterapi

Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dialami oleh orang dewasa. Insomnia merupakan sebuah simptom atau gejala. Artinya apabila kita mengalami insomnia, kemungkinan ada masalah emosional yang belum terselesaikan. Ada dua jenis insomnia.
Pertama, pederita mengalami kesulitan untuk bisa tidur, walau telah berbaring lama di ranjang atau telah berusaha tidur. Hingga  beberapa saat, setelah berjam-jam resah, pada akhirnya mereka tidur dan terus tidur hingga pagi hari. 
Kedua, penderita sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk tidur. Mereka dapat tidur cepat. Namun setelah beberapa saat mereka terbangun dan tidak bisa tidur lagi hingga pagi hari. Ada juga yang mengalami dua jenis insomnia yang dijelaskan tadi. 
Insomnia merupakan gangguan tidur yang serius dan sangat mengganggu kehidupan seseorang. Adapun yang menyebabkan insomnia adalah adanya masalah emosional yang belum terselesaikan. Masalah emosional itu bisa berupa kecemasan, stress, ketakutan, depresi, marah, sakit hati, kesedihan atau masalah emosi lainnya. Namun banyak penderita insomnia yang tidak menyadari masalah emosi apa yang menyebabkan dia tidak bisa tidur. Sebab itulah banyak dari penderita insomnia lebih memilih meminum obat tidur dibanding mencari bantuan hipnoterapis.


Masalah insomnia, meskipun tampaknya sederhana, apabila tidak segera ditangani bisa menjadi masalah psikologis yang parah dan mengancam kesehatan mental serta fisik seseorang. Masalah-masalah yang sering timbul karena insomnia adalah 

  • Mudah marah atau tersinggung
  • Kondisi emosi yang labil
  • Menyebabkan kecemasan, stress, dan depresi karena tidak mampu tidur
  • Gangguan konsentrasi dan kesulitan dalam mengingat 
  • Terganggunya kesehatan fisik. Misalnya timbul sakit kepala, migren, kulit di bawah mata tampak kehitaman, mudah lelah, badan lemah dan mudah tertular penyakit 
  • Rasa sakit pada bagian tubuh tertentu 
  • Terhambatnya pertumbuhan 
  • Ketergantungan pada obat tidur, obat penenang, alkohol, bahkan narkoba.

Insomnia pada umunya disebabkan oleh faktir stres karena perasaan khawatir, cemas dan atau takut. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh kebiasaan tidur yang tidak sehat. Orang yang mengalami insomnia biasanya mengeluh bahwa pikiran mereka sangat aktif sehingga tidak bisa tidur. Umumnya untuk mengatasi insomnia orang minum obat penenang. Dalam beberapa kasus obat sangat membantu, akan tetapi saat penderita berhenti minum obat, ia kembali mengalami insomnia.
 Pada kasus lain walau telah minum obat penenang, penderita tetap tidak bisa tidur. Dan kebanyakan diakibatkan karena adanya masalah emosional yang belum beres. Bila insomnia disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, maka intervensi dilakukan untuk mengubah kebiasaan ini. Sedangkan bila disebabkan oleh factor psikologis, penderita memerlukan bantuan professional yang ahli dalam menangani kasus insomnia. Adapun bentuk intervensi yang lebih tepat dan efektif dalam menangani masalah insomnia adalah dengan menggunakan hipnoterapi.


Mengatasi Kecemasan dengan Hipnoterapi

Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stres dan benar-benar dapat bermanfaat dalam beberapa situasiTetapi bagi sebagian orang kecemasan dapat menjadi berlebihan

Orang yang menderita kecemasan menyadari bahwa kecemasan yang mereka alami begitu susah untuk dikendalikan sehingga berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari. Ada berbagai macam gangguan kecemasan, termasuk gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder), gangguan kecemasan sosial (Phobia Social Disorder), gangguan stres pasca-trauma (Post Traumatic Stress Disorder), gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder), dan gangguan panik (Panic Disorder). 

Gangguan kecemasan berbeda dari perasaan gugup yang normal. Gangguan kecemasan yang tidak dibantu dapat mendorong orang untuk menghindari situasi yang memicu atau memperburuk gejala mereka. Bahkan orang dengan gangguan kecemasan cenderung menderita depresi, dan cenderung melakukan penyalahgunaan alkohol dan obat lain dalam upaya untuk mengurangi gangguan kecemasan yang mereka rasakan. Sehingga tentu saja hal ini menyebabkan menurunnya prestasi kerja, produktivitas diri, dan memperburuk hubungan pribadi dengan orang lain.
   
Gejala Gangguan Kecemasan  
Berikut gejala-gejala orang yang mengalami gangguan kecemasan yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) : 

  • Perasaan panik dan ketakutan yang berlebihan 
  • Pikiran obsesif yang tidak terkendali
    Merasakan sesuatu yang nyeri ketika mengingat kenangan atau memori yang menyakitkan
  • Mimpi buruk yang berulang-ulang 
  • Gejala fisik seperti rasa sakit perut tiba-tiba ketika berhadapan dengan situasi yang ingin dihindari, jantung berdebar-debar, mudah terkejut, dan terjadinya ketegangan otot  

Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan 

Panic Disorder
Gejala utama dari gangguan panik adalah serangan panik yakni kombinasi tekanan yang terdiri dari tekanan fisik dan psikologis. Selama mengalami gangguan panik, seseorang mengalami beberapa gejala yang terjadi dalam kombinasi diantaranya : 
• Jantung berdebar dengan cepat atau nyeri dada 
• Berkeringat dan gemetar 
• Sesak napas dan merasa tersedak 
• Mual atau sakit perut
• Pusing
• Merasa tidak nyata atau hilang kendali dengan dunia nyata
• Takut kehilangan kontrol, "gila," atau takut mati
• Mati rasa 
• Menggigil 
Karena gejala sangat parah, banyak orang dengan gangguan panik percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung atau lainnya penyakit yang mengancam jiwa. Padahal gangguan panik dapat dibantu dengan menggubakan psikoterapi seperti hipnoterapi, cognitive behavior therapy, dan pendekatan psychotherapy lainnya yang secara penelitian telah terbukti keefektifannya dalam menangani klien yang mengalami gangguan panik. 

Fobia 
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan dan terus-menerus dari objek tertentu, situasi, atau kegiatan. Ketakutan ini menyebabkan penderitaan sehingga orang yang mengalami fobia seringkali menghindari situasi atau peristiwa yang memaksa mereka untuk bertemu dengan ketakutannya. Ada tiga jenis fobia: 

Fobia Spesifik yakni Sebuah ketakutan ekstrim atau berlebihan dari suatu obyek atau situasi yang umumnya tidak berbahaya. Penderita tahu ketakutan mereka berlebihan, tetapi mereka tidak bisa mengatasinya. Contohnya adalah takut terbang atau takut laba-laba. 

Fobia sosial (Social Anxiety) yakni kecemasan yang signifikan dan ketidaknyamanan yang muncul ketika berada dalam situasi sosial atau berada di depan banyak orang. Contoh umum adalah munculnya gangguan kecemasan ketika berbicara di depan umum, bertemu orang-orang, atau menggunakan toilet umum.

Agoraphobia adalah
jenis fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat seseorang akan sulit untuk dapat melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila seseorang mengalami serangan panik. Walaupun kebanyakan orang berpikir bahwa Agorafobia adalah ketakutan akan tempat-tempat umum, sekarang dipercaya bahwa Agorafobia berkembang dari komplikasi dari serangan panik. Akibatnya, orang dengan agorafobia membatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, seperti di dalam rumah.
 

Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder)
Orang dengan gangguan kecemasan umum secara langsung mengalami ketegangan parah yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Mereka khawatir terus-menerus dan merasa tidak berdaya untuk mengendalikan kekhawatiran tersebut. Seringkali kekhawatiran mereka fokus pada tanggung jawab pekerjaan, kesehatan keluarga, atau hal-hal kecil seperti pekerjaan rumah, perbaikan mobil, atau janji. Mereka mungkin memiliki masalah tidur, nyeri otot / ketegangan, dan merasa gemetar, lemah dan menderita sakit kepala. Orang dengan gangguan kecemasan umum bisa marah dan sering mengalami masalah berkonsentrasi dan bekerja secara efektif.

Faktor yang menyababkan Gangguan Kecemasan
Penyebab gangguan kecemasan saat ini tidak diketahui, meskipun penelitian telah memberikan beberapa petunjuk. Area otak yang mengontrol ketakutan respon mungkin memiliki peran dalam beberapa gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan dapat berjalan dalam keluarga, menunjukkan bahwa kombinasi gen dan tekanan lingkungan dapat menghasilkan gangguan. Akan tetapi beberapa hal yang menjadi perhatian penelitian yang menyebabkan kecemasan diantaranya sebagai berikut :  
  • Peran genetika. Beberapa orang yang memiliki kecenderungan untuk memiliki kepribadian cemas, dapat dipengaruhi dari kepribadian dan pola asuh kedua orang tuanya.
  • Trauma masa kanak-kanak seperti kematian orang tua, mengalami kejadian yang menakutkan dapat membuat Anda lebih rentan terhadap kecemasan ketika Anda menjadi tua.
  • Stres yang terjadi karena mengalami kejadian yang menakutkan. Sebagai contoh, krisis keluarga atau trauma yang terjadi di masyarakat seperti bencana tsunami atau kecelakaan. Kejadian tersebut seringkali memunculkan bekas luka yang membuat orang mengalami kecemasan yang tidak beralasan.

Penanganan Gangguan Kecemasan
Umumnya orang yang mengalami gangguan kecemasan yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan dirinya sehingga seringkali dihantui oleh bayangan atau perasaan yang tidak menentu dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik sendiri yang unik, sebagian besar merespon dengan baik untuk dua jenis pengobatan: psikoterapi dan obat-obatan. Perawatan ini dapat diberikan sendiri atau dalam kombinasi. Pengobatan dapat memberikan bantuan yang signifikan dari gejala, tetapi tidak selalu obat lengkap.

Adapun psikoterapi yang secara penelitian terbukti dapat membantu klien mengalami gangguan kecemasan adalah dengan menggunakan pendekatan atau metode hipnoterapi. Hipnosis adalah satu kondisi kesadaran dimana sangat reseptif menerima suatu ide atau sugesti. Dengan memanfaatkan kondisi hipnosis, klien yang mengalami gangguan kecemasan dapat dibantu untuk melepaskan semua emosi negatif yang menghambat dirinya serta dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam mengurangi kecemasan yang berlebihan. Di klinik hipnoterapi,  kami seirngkali banyak menangani klien yang mengalami ketakutan dan kecemasan seperti cemas karena takut kematian, fobia binatang ataupun fobia ketinggian.
 Banyak klien kami yang berhasil keluar dari masalah kecemasan yang dihadapinya dan mampu melanjutkan hidupnya secara normal seperti biasa kembali. Untuk itu, agar gangguan kecemasan yang dirasakan dapat diatasi, akan lebih baik jika penderita segera mencari bantuan profesional seperti konselor, psikolog, psikiater atau hipnoterapis yang memiliki keterampilan dalam membantu mengatasi masalah gangguan kecemasan.


Popular Posts

Fadly Muin
archive